Rabu, 22 Agustus 2018

Caleg Perempuan Harus Paham Isu Perempuan

Related image

jasa buat website caleg - Acara pesta demokrasi akan selekasnya diadakan di semua Indonesia. Dengan diawali penentuan legislatif pada 9 April 2014 yang akan datang, tentu saja ke-15 parpol di negeri ini sudah menyiapkan beberapa kader terbaik, baik lelaki atau wanita, untuk bertanding di “medan perang” jadi legislator. Mereka – beberapa caleg – sudah diberi dengan pandangan yang benar, minimum mengenai apakah yang perlu mereka kerjakan untuk tingkatkan kesejahteraan penduduk di Dapil-nya. Cukupkah itu saja?

Pada tulisan kesempatan ini, penulis tidak akan menyinggung kuota caleg lelaki yang ada di rata-rata angka 70%. Akan tetapi, penulis lebih mengutamakan akan manfaat caleg wanita. Buat beberapa caleg lelaki, diinginkan janganlah takut jika wanita ikut juga dalam pileg ini. Pekerjaan wanita bukannya ingin menggeser posisi lelaki. Mereka, wanita cuma ingin bermanfaat buat bangsa serta negaranya.

Pekerjaan Utama Caleg Perempuan

Seperti yang disebutkan oleh Nurul Arifin pada acara Lawan Bicara 24 Februari 2014 waktu lalu, karenanya ada hasil godokan mereka (Ang. DPR 2009) di komisi II, karena itu untuk pemilu tahun 2014 ini, keterwakilan wanita bertambah dari mulanya yang cuma 18% jadi 30%. Ditambah lagi di 2014 ini, dari 744 calon legislatif di tingkat propinsi, 279 salah satunya wanita atau 37,5 %.

Hal seperti ini buka kesempatan buat golongan wanita yang awal mulanya sering disepelekan, untuk semakin dapat mengaktualisasikan dianya dalam soal berperan buat kebutuhan negara. Akan tetapi, janji-janji politik klise seumpama tingkatkan kesejahteraan rakyat saja, dirasa belumlah cukuplah. Mereka – lebih caleg wanita – harus betul-betul memerhatikan serta memahami rumor wanita yang cukuplah ramai akhir-akhir ini, seumpama pelecehan seksual di angkutan umum.

Apa cuma caleg wanita yang memiliki hak atas masalah semacam ini? Tentu saja tidak. Tanpa kecuali, semua caleg – yang lalu jadi legislator – harus memerhatikan rumor serta momen seperti ini. Akan tetapi, prioritas utamanya ialah jadi lokasi legislator wanita.

Baik, mungkin saja ada yang memandang hal seperti ini remeh. Akan tetapi tidak demikian lebih persisnya. Hal ini, butuh dihindari supaya tidak menambahnya korban dari golongan wanita tersebut. Kenapa wanita mesti ada di garda paling depan? Jelas memang seharusnya wanita. Hal seperti ini dikarenakan oleh kepekaan yang mengagumkan yang ada di diri wanita – lebih untuk kaumnya – yang sering mendapatkan ketidakadilan.

Jumlahnya pelecehan didunia maya, yang bermula chatting di facebook serta selesai perkosaan. Nah, beberapa hal spesifik semacam ini yang disebut ranah – jelaskan – yang utama yang perlu dimasuki beberapa legislator wanita, tidak hanya rumor kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) ataupun perkosaan dari seseorang ayah – baik tiri ataupun tidak – pada putrinya, yang masih tetap sering berlangsung.

Belakangan ini, ada Aisyah yang awal mulanya jadi perawat bapaknya diatas becak. Juga masalah panti bimbingan Samuel. Serta yang belakangan ini berlangsung, masalah penculikan bayi. Memang, menurut si penculik, tindakannya cuma karena ia ingin miliki anak, serta bayi Valencya juga sudah kembali pada orang tuanya. Akan tetapi, seringkali juga, ada masalah bayi yang diculik serta jadi masalah human trafficking. Mundur ke belakang dikit, tentu saja kita belum juga melupakan masalah perbudakan pabrik kuali di Tangerang.

Untuk masalah human trafficking sendiri, Indonesia jadi surganya. Menurut International Organization for Migration, Indonesia tempati rangking paling atas perdagangan manusia didunia, sebesar 3.943 orang.

Mengertikah Caleg Wanita Mengenai Rumor Wanita?

Memang, Semestinya pembekalan dari Partai Politik yang mengangkat si caleg yang memang diinginkan sudah dikerjakan semaksimal mungkin saja, supaya tidak membuat malu parpolnya sendiri bila si caleg wanita – jika dipilih – jadi legislator, tidak cakap akan permasalahan wanita. Pembekalannya kapan? Semestinya sebelum diturunkan langsung ke lapangan jadi caleg. Ditambah lagi beberapa caleg yang tidak mempunyai basic pendidikan sosial serta politik, beberapa hal yang terkait dengan sospol sendiri, tentu saja sampai kini lepas dari perhatian mereka.

Menjadi, tolonglah partai politik yang terhormat, adakanlah uji kompetensi caleg, agar caleg ini belajar bagaimana serta apakah fungsinya mempunyai kuasa kelak. Jangan pernah ada kesan-kesan asal comot untuk penuhi kuota. Pada pemilu mendatang, ini mutlak dikerjakan, supaya mereka – caleg wanita tidak membuat malu wanita yang lain juga.

Seperti yang disebutkan oleh Menteri Pemberdayaan Wanita serta Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar, Contohnya berbentuk pandangan mengenai rumor tumbuh kembang anak atau kesehatan buat ibu serta anak. “Tantangan buat mereka, bagaimana sesudah dipilih, jika tidak penuhi janji waktu kampanye, bersedia mundur.”

Desas-desus publik sekitar wanita sendiri yang perlu – pantas jadi prioritas si caleg wanita. Disebutkan oleh Fahira Idris, “Kewajiban kita, beberapa caleg wanita ialah memahami desas-desus publik. Ini mutlak dikuasai. Tanpa memahami desas-desus publik, pemilih akan tidak melirik ditambah lagi pilih kita.”

Beberapa contoh yang sudah penulis katakan barusan, menurut irit penulis, tidak bisa lepas dari perhatian wanita. Di sinilah, peranan beberapa caleg – legislator wanita dituntut kontribusinya. Mereka mesti terjun langsung menyelesaikankan masalah itu. Tidak butuh dengan berteriak lantang ke hadapan pemerintah dan tidak butuh banyak bicara, tetapi langsung sensitif serta bekerja. Jangan pernah menang pileg lalu cuma berleha-leha serta melancong ke luar negeri seenak hati tanpa tahu fungsinya dipilih jadi legislator.

*

Memang benar, banyak pekerjaan yang perlu cakap serta sigap diemban oleh beberapa caleg wanita. Jangan pernah, jatah kuota 30% – bahkan juga 37% di Penentuan Legislatif 2014 ini, dirasa percuma oleh penduduk yang sudah memilihnya, ditambah lagi bila sampai ikut serta masalah korupsi.

Jika saat 5 tahun yang akan datang, keterwakilan wanita di pemerintahan ini sukses serta sukses mengemban amanah dan jadi pelayan penduduk – terutamanya wanita serta anak – penulis optimistis, jangankan 40%, kuota 50% di pemerintahan akan ada di tangan wanita. Dengan begitu, akan jelas merasa pemerataan manfaat wanita di parlemen Indonesia.

Karena itu, caleg wanita yang bisa menjadi legislator di Indonesia kelak, diinginkan akan mengusung harkat serta martabat wanita indonesia yang ada di lokasi timur ini, tentu saja yang ramah, sopan, beretika, serta tahu menyesuaikan diri dan menjunjung tinggi etika agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact us

Nama

Email *

Pesan *